Sabtu, 21 Juli 2012

SADAR


SADAR
(menulis sambil menerawang alias menulis setengah sadar) Hari ini, eh bukan. Akhir-akhir ini banyak sekali “keajaiban” yang aku temui dan menemuiku. Aku tidak tahu harus mulai dari mana. Banyak sekali. “Keajaiban-keajaiban” itu seperti sebuah metamorphosis kupu-kupu yang awalnya hanya kau khayalkan dalam mimpimu lalu tiba-tiba khayalan itu berubah menjadi kenyataan yang tidak ku duga sama sekali.

(mulai sedikit sadar) Baiklah. Aku pernah mengatakan, bahwa apa yang kita khayalkan, apa yang kita pikirkan merupakan apa yang kita harapkan. Dan apa yang kita harapkan adalah doa kita atau sesuatu yang kita minta kepada Tuhan. Aku juga pernah mengatakan, kita harus “berhati-hati” dengan apa yang kita khayalkan (meskipun Cuma iseng mengkhayal) Karena, ya, khayalan adalah doa. Dan, (lagi) Tuhan mewujudkan khayalan iseng itu. Hhhhmmmm. Dan sekarang, aku, merasa, hhhmmmm, bersalah.

(Sudah lebih sedikit sadar) Sungguh! Aku tidak menyangka. Sama sekali tidak menyangka! Aku hanya iseng. Dulu, ketika mereka berbicara di depanku, aku hanya iseng membayangkan diriku berada di posisi mereka. Tidak tidak. Aku sama sekali tidak ingin benar-benar berada di posisi mereka. Aku tahu diri. Aku tahu kapasitasku. Aku tahu kesibukanku dan segala ketidakmungkinan lainnya. Sungguh! Benar-benar sungguh! Aku hanya sekadar mengkhayal. Hhhhmmm. Tapi, ya, aku akui aku yang salah. Aku tidak memperingatkan diriku. Aku tidak menegur diriku untuk tidak berkhayal yang macam-macam. Dan, ya, inilah hasilnya. Inilah akibatnya. Khayalan isengku menjadi kenyataan dan mau tidak mau, suka tidak suka, sekarang aku benar-benar berada di posisi itu dan bagian paling keras kepala dalam diriku memaksaku untuk melaksanakan tugas baruku dengan baik dan sepenuh hati. Ya, Sepenuh Hati.

(Sudah hampir sadar) Hhhhhmmmm. Kadang aku ingin melakukan semua pekerjaanku dengan setengah hati. Tidak sepenuh hati. Tidak terlalu peduli. Seperti membaca status-status yang numpang lewat di beranda fb atau timeline twitterku. Yang hanya akan aku baca jika aku sempat dan ingin membacanya. Aku tidak akan selalu membuka akun jejaring sosialku setiap saat untuk mengikuti perkembangan status teman-teman mayaku. Aku melakukannya hanya sebagai hiburan semata yang tentunya tidak menuntut keseriusan dan kesepenuh-hatian dari bagian paling keras kepala dalam diriku.

(sedikit lagi sadar) Tapi bagaimana dengan pekerjaan-pekerjaan ini??? Bagaimana mungkin aku bisa melakukannya setengah hati??? Bagaimana mungkin aku tidak peduli??? Bagaimana mungkin aku bisa mengganggapnya seperti status-status teman-teman mayaku?? Tidak bisa! (lagi-lagi) Bagian paling keras kepala dalam diriku menuntutku untuk menjalaninya dengan sepenuh hati. Ya, sepenuh hati. Dan aku, yang selalu kalah dengan “si keras kepala itu” tidak bisa menolak dan aku pasti (harus) menjalaninya sepenuh hati. Ya, sepenuh hati dengan rasa kepedulian tingkat tinggi.

(Akhirnya sadar) Dan, ya, aku tahu, aku sadar, konsekuensi dari keseriusan itu, konsekuensi dari kesepenuh-hatian itu, konsekuensi dari rasa peduli tingkat tinggi itu adalah rasa sakit hati, lelah, jenuh, dan pengorbanan diri yang begitu besar. Aku tahu aku akan menerima beban yang bertubi-tubi, hujatan, kritik, dan tugas yang akan merampas sebagian besar waktuku.

(sepenuhnya sadar) Ya, walaupun demikian, aku lebih tahu, aku lebih sadar. Bahwa bagian paling keras kepala dalam diriku akan memenangkan pertarungan ini betapa pun konsekuensinya. Aku sudah tahu, aku sudah sadar, bahwa aku akan melakukan pekerjaan-pekerjaan itu seperti keinginannya; dengan SEPENUH HATI.

(poedidith, 12072012)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar